Alam Tanpa Dosa
Ingatan mampir kepada masalah ketika mengendarai kendaraan roda 2 yang sudah lama tak diganti oli. Pikiran tak karuan menghantam diri hingga terjebak di ruang emosi bernama cemas. Segala tuduhan atas dalang permasalahan ini selalu menunjuk kepada diri sendiri yang tak pernah merasa cukup baik. Aku benci diriku yang selalu mengecewakan orang lain, meski mereka tidak menyalahkanku. Selalu saja kegagalan menghantui hingga ia meledak melukai pelakonnya. Rasanya capek dengan orang-orang di dunia yang menuntut tanpa tahu satupun apa yang menjadi impian kita. Mereka hanya agen yang menawarkan kepada costumer yang punya kegemaran sangat berbeda.
Masalah seolah datang bertubi-tubi tanpa permisi menguji gejolak emosi diri. Katanya dengan ilmu semua itu bisa kita tangani dengan baik, tetapi nyatanya diri tak berdaya menampung segalanya. Tepar berhari-hari katanya tuk memulihkan, namun justru rotasi keadaan menuju ke arah sebaliknya. Diri ini semakin rentan dengan keadaan yang buruk. Motor yang semakin usang itu kubawa berhenti di kedai dimsum pinggir jalan yang cukup masyhur di jogja. Sebuah pengingat dikala semua terasa pahit. Olahan daging ayam dengan kulit yang dikukus itu seolah diciptakan sebagai makanan yang nyaman dan hangat. Betapa hebat sang koki peracik yang tak dapat memasak tanpa Sang Pencipta yang menyediakan ayam di dunia ini.
Kesenangan terkadang perlu dihadirkan untuk kembali sadar
menyiapkan perbekalan. Siapa sangka, hati yang sudah hitam ini disuguhkan
dengan awan biru yang memanjakan mata. Atap bumi yang dijumpa saat APILL di
arah pulang. Ada satu lagu masa kecil terngiang nyaman.
Pasti Dia pun tahu
Ingin aku lewati
Lembah hidup yang tak mudah
Pasti kan ku jalani
Aku yakin itu
Bila sendiri
Hati bagai langit
Berselimut kabut
Ini menarik, hari ini aku memaknai lagu ini bukan sebagai lagu antara dua manusia yang mencintai tetapi antara hamba dengan Rabb-Nya. Pengaruh belajar agama pada pandangan hidup memang signifikan terasa. Agaknya seolah-olah Allah tahu kesedihanku dan menghibur langsung dengan salah satu makhluknya bernama langit. Lagi dalam fase suka mendengarkan senandung yang bertema alam. Alam bagiku terasa nyaman ketika ku mengingat kebaikan mereka. Kebaikan tanpa pamrih tak seperti manusia kebanyakan kutemui ini.
Mungkin aku akan tulis ulang salah satu lagu yang juga tiba-tiba ku favoritkan :
Yang bertabur mimpi
Kemana kau pergi, Cinta
Perjalanan sunyi yang kau tempuh sendiri
Kuatkanlah hati, Cinta
Ingatkah engkau kepada embun pagi bersahaja yang menemanimu sebelum cahaya
Ingatkah engkau kepada angin yang berhembus mesra yang kan membelaimu, Cinta
Kekuatan hati yang berpegang janji
Genggamlah tanganku cinta
Ku taakan pergi meninggalkanmu sendiri
Temani hatimu, cinta
Sekarang aku memahami, mengapa banyak ayat di Al-Quran
dengan kalimat yang indah menunjukkan keragaman alam semesta Ternyata sesimple
awan yang cenderung terlihat sama setiap harinya bisa begitu menghibur
seseorang yang sedih hari ini. Alam begitu menggenggam manusia apapun
situasinya. Mereka diam-diam menjadi teman perjalanan yang membahagiakan.
Mereka yang tak berdosa sangat menjadi penghibur jiwa bersedih banyak dosa ini.
Comments
Post a Comment