Value X
Berkisah tentang petang penggeser pikiran. Duduk diatas kursi hitam bersama anak perempuan yang sedang fokus dengan pensil dan kertasnya. Anak kecil yang mengamati tulisan penuh angka bertinta hitam. Tak ada yang tahu apa yang ia pikirkan pun aku yang disebelahnya. Ia selalu mengatakan ia tidak tahu ketika pertanyaan atau pilihan dilemparkan padanya. Tertegun dengan sikap yang tak kunjung dimengerti. Namun, sekarang sudah tak memusingkan itu, mulai mewajarkan dan tumbuh rasa takjub kepada orang tuanya. Mengajari seorang anak bahwa mengetahui ia tidak tahu itu sangat diperlukan untuk masa depan seorang anak kecil saat ini.
Tak ada salah bertanya pada jiwa yang jawabnya tak tahu. Mudah saja, bertanya bukan hanya untuk jawaban bisa jadi hanya mempertanyakan atau mengajarkan. Kalau dipikir-pikir dewasa ini banyak pula pertanyaan dunia yang tidak berakhir dengan jawabanku. Bukan tak acuh, hal normal ini justru bentuk acuh pada diri sendiri, begitupula sang penanya dengan pertanyaan yang memunculkan masalah baru. Bukan silent treatment sembarangan, tapi kebijakan diri pada setiap kejadian yang untung rugi terukur.
Aku mengajar matematika dan muridnya hanya anak kecil itu. Mengulang pengerjaan materi yang sama sampai aku mendengar dirinya mendapatkan jawaban benar berdasarkan kesepakatan dan konsep matematika yang terpadu. Matematika selalu menjadi pelajaran menarik tiap waktunya, banyak pelajaran hidup yang dapat diambil saat logika dan keabstrakan teori berhempas.
Contohnya sore ini kami belajar bersama tentang operasi aljabar. Tentang bagaimna kita bisa mengetahui nilai x. Cara sederhana dengan teori penyusun yang menakjubkan, namun tak semuanya mengerti dengan keindahan strukturnya. Sesederhana menjelaskan ke anak SD bahwa kalau ingin kita dapat value x maka x harus sendirian dan jika ia bersama variabel disampingnya maka pindahkan ke rumah di ruas sebelahnya dengan operasi bilangan yang cocok.
JDERR memang benar kata para guru bahwa kalau punya ilmu dan mengajarkan keuntungan bukan Cuma yang diajar tapi kita yang ngajar pun dapat pelajaran baru. Mungkin itu pahala/balasan mengajar untuk pengajar. Allah mengizinkanku tuk mendapatkan pelajaran hidup dari keabstrakan yang kugeluti beberapa tahun lama di kelas. Aku percaya bahwa kita benar2 bisa mengenal diri kita, mengetahui nilai pada diri kita dengan sendirian. Sekali lagi, x saja harus sendiri untuk mengenal value dirinya.
Ibarat diri kita adalah variabel x, saat diri kita sedang bersama value negatif maka sesungguhnya value itulah yang akan membuat value x sesungguhnya bertambah saat sendiri. Ibarat nih ya, kita menerima dengan baik kehadiran minus disekitar kita, semisal orang yang suka berbohong/pelit/sombong, tetapi kita berusaha mendatangkan positif dengan sabar ikhlas ridha, yang mungkin nilai nya akan sama (atau bahkan lebih) dari keburukan itu maka value kita akan bertambah dan negatif value akan hilang. Atau dengan kata lain, value kita akan bertambah jika ada minus disamping variabel hidup kita jika kita menambahkannya dengan variabel positif yang sebanding atau bahkan lebih.
Pertahanan diri x sangat diperlukan untuk mempertahankan value diri. Mungkin ada variabel yang diruasnya ia harus membagi dirinya untuk konstanta yang tinggi, mungkin akan menyebabkan value untuk dirinya mengecil maka ia harus memperbesar dirinya dengan mengalilipatkan potensi dirinya agar value nya bertambah.
Ternyata, cukup masuk akal ya apa yang dikatakan Ustadz Syathori. Diri kita akan
lebih untung dan mudah berbuat baik jika kesusahan datang di hidup kita atau
rezeki tidak diberikan kepada kita. Ternyata jika disebelah kita adalah hal
positif, kita harus mempertahankan positif itu, jangan mengurangi diri agar
bisa sendirian dengan dalih ingin mengenal diri. Inti dari mengenal diri adalah
meningkatkan value diri untuk pengharapan bertemu Sang Rabb, kan?
Comments
Post a Comment